NASKAH KUNO TAKEPAN DAUN LONTAR
Kisah Perjalanan
Pada hari minggu, 20 Oktober 2019
tepatnya, saya dan teman – teman sudah
janjian untuk pergi ke desa Adat
Sengkoah untuk belajar tentang naskah kuno, dalam hal ini naskah kuno khas suku
Sasak yakni takepan. Yang saya banggakan dari teman – teman saya yakni walaupun
mereka bukan suku Sasak, tapi dengan senang hati mereka ingin ikut belajar.
Satu hari sebelum kami pergi ke lokasi, berhubung rumah saya dekat, jadi saya
konfirmasi dengan mamiq yang akan menjadi narasumber kami, dikarenakan
narasumber kami berpropesi sebagai Pembayun, yang biasanya hari minggu ada
orang yang melakukan Sorong Serah Aji Krame.
Dalam perjalanan kami mendapat
berbagai pengalaman, terutama teman – teman saya antara lain saat diperjalanan
teman – teman saya lupa jalan ke Desa Adat Sengkoah dan akhirnya mereka nyasar
dan saat diperjalanan kami menemukan orang nyongkolan, jadi sekalian saya
mengenalkan salah satu ritual dalam pernikahan suku Sasak itu ke teman – teman
saya yang berasal dari suku Samawa dan
Suku Mbojo.
Naskah Kuno ( Takepan )
Suku Sasak memiliki berbagai karya
sastra yang diturunkan dari para leluhur, salah satunya naskah kuno “Takepan”.
Takepan merupakan suatu karya sastra suku Sasak peninggalan leluhur terdahulu.
Takepan biasanya ditulis pada daun lontar dan pada daun lontar tersebut
dilubangi tengahnya dan dimasukkan tali sebagai pengikatnya.
Baiklah di sini saya akan sedikit
bercerita tentang takepan yang dimiliki suku Sasak. Saya melakukan observasi ke
Desa Adat Sengkoah, Desa Labulia, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah. Di sana ada
seorang yang bergelut dengan naskah kuno Takepan. Mamiq Upi panggilan akrabnya.
Beliau menekuni takepan sejak tahun 2017 silam. Beliau tidak belajar kepada
siapa pun, keterampilan tersebut dituruni dari baloq (buyut) kemudian ke Niniq
(Kakek) kemudian ke Mamiq (bapak) nya. Beliau juga berprofesi sebagai Pembayun
dalam upacara Sorong Serah Aji Krame. Pembayun merupakan penyorong yang
ditugaskan untuk melakukan salah satu ritual dalam prosesi adat pernikahan suku
Sasak yakni prosesi Sorong Serah.
Takepan ada banyak jenisnya,
antara lain:
a. Takepan Rengganis merupakan takepan yang
menceritakan tentang cinta, di mana takepan Rengganis menjadi pedoman para pemuda dan pemudi dalam memilih jodoh.
b. Tekepan Ajar Wali merupakan takepan yang
biasanya digunakan khusus untuk pengobatan, khusus untuk mengobati orang yang
bisu, dalam bahasa Sasak dikenal dengan sebutan Garude Pakoq.
c. Takepan Markum, merupakan takepan yang yang
khusus untuk pengajian. Takepan ini untuk menggali tentang Syari’at, hakikat
Tarikat, sampai ma’rikat. Takepan ini khusus mengkaji ilmu – ilmu hak, juga
menceritakan tentang asal muasal manusia ada di dunia.
d. Takepan Perue Daksirne, Purwe berarti sebelum,
Dak berarti mati, dan Sirne berarti musnah. Takepan ini menceritakan tentang
perjalanan hidup setelah mati.
e. Takepan Joharsah, merupakan takepan yang
biasanya dibacakan pada saat ritual Selamet Bale (Syukuran rumah baru).
f. Takepan Kayat Nur (Nabi Paras), takepan ini
biasanya dibacakan ketika malam sebelum anak kecil akan di potong rambutnya
(bekuris), misalnya anak kecil akan dipotong rambutnya senin pagi, nah takepan
ini dibacakan pada malam senin.
g.
Takepan Jati Sware, merupakan takepan yang menceritakan
tentang perjalanan diri.
h. Takepan Anak Kidung, kidung artinya mantra atau
do’a, merupakan takepan yang menceritakan tentang mantra – mantra dan do’a –
do’a.. Di dalam takepan ini ada yang tidak boleh di baca, dikarenakan ada
kejadian yang tidak boleh dibacakan.
i.
Takepan Puspekerme
Puspe artinya kembang,
karme artinya ganjaran, jadi orang yang melakukan kebaikan, akan mendapat
ganjaran yang baik pula. Takepan ini menceritakan tentang kisah datu (raja)
yang bernama Raja Puspekerme, dan menceritakan tentang putra tunggalnya.
Takepan ini tidak boleh dibaca setengah – setengah ketika takepan ini dibacakan
saat selametan tanaman padi.
Puspekerme dibacakan ketika tanaman padi sudah berada pada
fase pertengahan. Mengapa dibacakan ketika fase pertengahan? Agar nanti sari
Dewi Sri yang ada di padi tersebut tidak ke mana- mana. Puspekerme juga
dibacakan ketika membubus (memberi penghargaan ) kepada erbau yang digunakan
untuk membajak sawah. Mengapa dibacakan saat fase pertengahan dari tanaman
padi? Karena kerbau yang digunakan untuk membajak sawah tersebut sudah selesai mengerjakan tugasnya, jadi
kerbau tersebut diberi penghargaan (tebubus), kerbau tersebut dibuatkan ketupat
dan tikel. Begitulah cara memberi penghargaan kepada kerbau yang sudah lelah
membajak sawah.
Nah, semua jenis
takepan di atas dimiliki oleh mamiq Upi, namun saat saya melakukan
observasi ke kediaman beliau, ada
beberapa takepan beliau yang sedang dipinjam oleh rekan sesama penulis naskah
kuno Takepan, jadi kami hanya dapat melihat sebagian saja. Saat kami melakukan
observasi, beliau (mamiq Upi) sedang menyalin salah satu tulisan takepan ke
kertas hvs dan nantinya akan ditulis kembali ke daun lontar (memperbanyak
takepan).
Takepan Puspekerme & Jati Sware
Takepan Puspekerme & Jati Sware
Gambar beberapa takepan yang dimiliki
mamiq Upi.
Baiklah, sampai di sini dulu artikel saya ini, jika ada kesalahan atau
kekeliruan dalam penulisan artikel ini mohon tulis dikomentar ya. Terima kasih
sudah mengunjungi dan membaca artikel saya. Semoga bermanfaat.
Mari sama –
sama lestarikan budaya kita, jangan sampai tergerus oleh zaman sehingga menjadi
punah. Anak muda cinta budaya lokal. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan
sekarang kapan lagi. Salam anak muda cinta budaya lokal.
keren keren
BalasHapusyg nulis artikel ini cerdas.....salute...
HapusTerima kasih Bro dan terima kasih pak
Hapusmantapppp nihh, lanjutkann trus buat lestarikan budaya kita sendiriππ
BalasHapusTerima kasih.
HapusMasyaAllah, sangat bermanfaat π
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih.
HapusMantap, Jurnalis Kuripan
BalasHapusAamiin, Terima kasih akak.
HapusMantap, Jurnalis Kuripan
BalasHapusSemangat trus kaka❣️
BalasHapusPastinya
HapusTerimakasih telah berbagi
BalasHapusTerima kasih kembali sudah mengujungi blog saya
HapusMantap
BalasHapusMenarik mantap
BalasHapusTerima kasih
HapusNice post. kembangkan :)
BalasHapusTerima kasih.
Hapuswaah mantap ;)
BalasHapusterimakasih infonya, ini sangat bermafaat
Alhamdulillah. Terima kasih.
Hapussangat bermanfaat
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih.
HapusSangat menarik untuk dibaca
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih.
Hapuslanjutkan
BalasHapusPastinya. Terima Kasih
HapusLestarikan
BalasHapusInsyaAllah bermanfaat
Insya Allah. aamiin.
HapusKerren Lombok mendunia Lestarikan budaya Sasak
BalasHapusSiap pak Komandan, laksanakan.
HapusCukup menambah wawasan,,, kembangkan..
BalasHapusSangat bagus
BalasHapusTerima Kasih.
Hapuswah keren kak
BalasHapusTerima Kasih.
HapusSangat bermanfaat π
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih.
HapusMantap, sangat bermanfaat
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih.
HapusSangat bagus...ilmu yg bermanfaat
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih.
HapusBagus sekali kaka
BalasHapusTerima Kasih.
Hapussangat bermanfaat
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih.
HapusSangat bermanfaat..
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih.
Hapuspenjelasan topik bagus, dan dpt dijadikan rujukan jika adek tingkatnya ada tugas kuliah terkait topik diatas
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih. Semoga bermanfaat.
HapusSangat bermanfaat
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih.
HapusAku suka
BalasHapusTerima Kasih. Semoga bermanfaat.
Hapus